Assalamu’alaikum wr wb, halo semuanya para
pembaca tulisan ini, bagaimana kabarnya? Saya harap kalian semua selalu diberi
kesehatan dan umur yang berkah.
Pada kali ini saya akan memberikan atau
membagikan tulisan pertama saya tentang suatu objek yang menurut saya sangat
berpengaruh atau penting dalam hidup saya, objek tersebut akan saya ceritakan
dan saya kaitkan dengan bidang kajian Semiotika, yaitu :
1. Sematika, adalah kajian mengenai
hubungan antara tanda (lambang) dengan objek yang diacu oleh tanda tersebut
2. Sintaksis, kata sintaksis berasal
dari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein ‘menempatkan’. Jadi kata sintaksis
secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok
kata atau kalimat
3. Pragmatik, kajian mengenai
hubungan antara tanda (lambang) dengan penafsirannya.
Pada kajian kali ini saya akan menggunakan
objek wajan/penggorengan. Wajan merupakan peralatan dapur atau alat untuk
memasak berbagai bahan makanan, wajan tersebut merupakan objek yang sangat
berguna dan bermanfaat bagi kehidupan saya dan keluarga saya. Wajan di
kehidupan saya sangat berjasa karena telah memenuhi berbagai kebutuhan hidup
saya. Sebagai orang yang sangat suka sekali makan ataupun ngemil, wajan menjadi
alat yang selalu membantu saya dalam memenuhi kebutuhan maupun keinginan saya.
Ketika perut merasa lapar, ataupun muncul keinginan untuk ngemil, pasti pikiran
saya langsung tertuju kepada wajan tersebut. Wajan selalu saya gunakan untuk
menggoreng sesuatu, setiap kali lapar saya langsung bergegas mencari wajan ke
dapur dan menggunakannya untuk menggoreng. Keluarga saya selalu menyediakan
bahan makanan yang mentah dan di simpan di kulkas atau freezer, ketika lapar
atau ingin makan kita harus menggorengnya terlebih dahulu, itu dilakukan agar
lauk yang kita makan selalu fresh dan hangat, jadi jarang sekali lauk yang
sudah dimasak terlebih dahulu dan membuatnya lebih banyak agar dapat tersisa
sampai malam, karena kadang tidak menjadi fresh dan rawan cepat basi ataupun
mubazir.
Wajan tersebut juga memberikan saya
pelajaran agar tidak menjadi malas dan merasakan perjuangan atau proses dalam
mendapatkan sesuatu, dulu semasa kecil mungkin semua makanan tersedia di rak
lauk pauk, ketika lapar saya bisa langsung memakannya, tetapi sekarang saya
selalu mengingat wajan tersebut jika ingin lapar atau ingin suatu makanan.
Tidak hanya saat lapar, kadang jika lagi bosan saya suka membuat nasi goreng
dan beberapa makanan kecil untuk ngemil seperti gorengan, sosis, nugget dll. Yang
uniknya, padahal keluarga saya mempunyai juga beberapa wajan, tetapi wajan
tersebut-lah yang frekuensi pemakaiannya paling sering dibanding wajan yang
lain. Mungkin beberapa anggota keluarga saya dapat merasa bahwa wajan tersebut
mempunyai perasaan maupun pengalaman tertentu bagi penggunanya, wajan tersebut
memanglah ikonik walaupun bentuknya tidak bagus atau tidak enak dipandang
(buruk rupa), tetapi dapat membangkitkan pengalaman dan perasaan tertentu bagi
penggunanya, termasuk saya sendiri.
Wajan tersebut memberikan saya beberapa
pengalaman, suka maupun duka sudah saya alami. Sukanya yaitu wajan tersebut
telah menemani perjalanan saya sebagai orang yang awam soal mengolah makanan
(khususnya menggoreng), dulu mungkin saya tidak tau bagaimana cara menggoreng
beberapa makanan dengan tepat agar tidak gosong dan matang sempurna, cara
membuat nasi goreng, dll. Mungkin bagi sebagian orang bisa menggoreng adalah
hal yang sepele dan tidak perlu membanggakannya, tetapi tidak dengan saya,
wajan tersebut membuat saya menjadi pribadi yang lebih mandiri dan tidak manja,
dulu ketika ingin makan dan sesuatu saya selalu menyuruh orang tua saya
menggorengnya, tetapi sekarang saya bisa menggoreng dan mengolah apapun yang
saya mau walaupun itu makanan yang sangat simple. Dukanya adalah ketika
menggoreng atau mengolah makanan yang berjenis seafood, jeroan ayam, dan ceker,
pasti menimbulkan reaksi yang spektakuler seperti di tempat hiburan yang dapat
menguji fisik dan mental kita (Dufan). Ketika menggoreng bahan makanan tersebut
seketika Wajan bergoyang seperti wahana permainan dan menimbulkan lahar ataupun
lava gunung berapi (minyak panas) dan mengenai beberapa bagian tubuh saya,
tidak usah ditanya lagi dan kalian semua pasti bisa merasakan panasnya seperti
apa dan mental saya seketika down saat melihat lahar atau lava (minyak panas)
tersebut semakin menjadi-jadi tidak karuan keluar dari permukaan wajan
tersebut. Itulah suka duka pengalaman saya dengan wajan tersebut.
Sekian dari saya, jika ada kesalahan dalam
penulisan mohon dimaafkan, semoga kita dapat bertemu di cerita atau tulisan
berikutnya, Wassalamu’alaikum wr wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar